Oleh: Irkham Fahmi al-Anjatani
Banyak sekali macamnya model penyakit hati pada diri manusia. Di antaranya itu adalah penyakit hasad, dengki. Penyakit ini tak tercium dan tak terindera, itu sebabnya banyak orang yang tidak sadar jika ia sedang mengidapnya. Sekalipun banyak kawan yang sudah mengingatkannya.
Orang yang benci melihat saudaranya sukses. Panas melihat temannya punya kendaraan baru. Tidak suka melihat kawannya bahagia. Itu semua adalah ciri daripada penyakit dengki yang sedang melanda manusia. Iri dengan berbagai kesuksesan hidup yang didapat saudaranya.
Dalam dunia Dakwah pun ternyata sama. Tidak sedikit orang yang hasad dengan kelompok yang berbeda dengan kelompoknya. Tidak suka karena ia lebih terkenal daripada tokoh-tokohnya, lebih laku daripada ceramah ustadz-ustadznya, lebih banyak diminati daripada ide-ide yang diembannya.
Ia tidak mau tau, yang harus laku hanya kelompoknya. Yang boleh bicara hanya golongannya. Yang boleh ceramah hanya kiainya. Yang boleh disampaikan hanya pemikiran-pemikirannya.
Yang lain tidak boleh laku. Harus ditutup. Tidak boleh bersuara, tidak boleh ceramah. Bahkan, sekalipun satu golongan, jika tidak satu pemahaman maka ia harus dibubarkan. Ini mirip dengan kelompok wahabi yang sempat menjadi mazhab resmi negara di Saudi Arabia. Mereka melarang muslim lain berbeda pandangan dengannya.
Di sana, orang ziarah kubur dibubarkan, memperingati maulid Nabi pun dipersoalkan. Yang boleh beraktifitas hanya orang-orang yang satu pemahaman dengan mazhab negara.
Bagaimana dengan di Indonesia? Ternyata sama dengan di Saudi sana. Hanya ada satu golongan yang dijadikan sebagai mazhab negara. Yang wajib dilindungi hanya mereka, yang lain tidak. Yang harus dibela hanya mereka, yang lain tidak. Mazhab negara berhak membubarkan kelompok yang berbeda dengan mereka.
Bedanya, di Saudi wahabi tidak suka ziarah kubur, di Indonesia wahabi suka ziarah kubur. Meski begitu, hanya ada satu kesamaan mencolok di antara keduanya, yakni sama-sama menjadi mazhab "resmi" negara yang selalu dibela tindak tanduknya.
Simbiosis mutualisne, antara penguasa dan mereka merasa saling ketergantungan. Penguasa membutuhkan dukungan penuh mereka, sementara mereka membutuhkan kucuran dana penguasa.
Percuma negeri ini punya aparat, karena mereka hanya akan mengikuti kemauan orang-orang yang menganut mazhab resmi negara. Sesantun apapun kita, mereka tidak akan membela dan melindungi kita. Percuma kita punya aparat.
Di mata mereka, kamilah yang salah, karena kami lebih laku majelis-majelis kajiannya daripada majelis kajian anak emas mereka. Begitulah ketika penyakit dengki sudah melanda, akal sehat pun tidak akan lagi berguna.
#Alumni212
#KhilafahAjaranIslam
Cirebon, 8 Juli 2019
___________
Alhamdulillah, Penulis telah selesai menyusun Naskah Buku yang berjudul "Ketika Kiai Dipertuhankan" (Fenomena Hancurnya Agama2 Samawi), Terbitan Al-Azhar Press, Bogor.
Untuk pemesanan dan bedah buku silahkan hubungi no. 0817 011 7771
0 Komentar