Oleh : Ahmad Sastra

Dahulu ada tradisi buruk yang telah menjadi kebiasaan masyarakat jahiliah. Untuk merayakan keberhasilan, kaum jahiliah biasanya menenggak minuman keras hingga mabok, bermain perempuan hingga joget-joget dengan biduan seronok. Maklum, kaum jahiliah adalah kaum dungu dan jahat. 

Gerombolan perampok biasanya akan merayakan keberhasilannya dengan pesta pora menghabiskan hasil rampokannya dengan berbagai bentuk kemaksiatan. Adalah tidak pernah ketinggalan yang namanya menenggak minuman keras hingga mabok, berjudi hingga bermain pelacur. Maklum, mereka adalah para penjahat. 

Tradisi orang barat dalam merayakan kemenangan demikian juga. Film-film produksi barat sekuler sering manayangkan kebiasaan mengkonsumsi menuman keras, dugem, hingga pergaulan bebas. Apa yang ada dalam film itu, menurut teori Guffman adalah sebuah dramaturgi, dimana fragmen visual adalah gambaran faktual dalam kehidupan. 

Di Indonesia juga ada tradisi masyarakat sekuler yang merayakan hari pernikahan dengan mengundang biduan seronok hingga pagi hari. Para penontonpun ikut berjoget riang dengan tradisi saweran dan mabok-mabokan. Jika tersinggung, tak jarang para penggila goyang seronok itu berkelahi hingga nyawa melayang. 

Ada yang lebih miris lagi, para siswa yang amoral ada yang merasakan kelulusan UN dengan pesta seks dan miras. Namun, jika tak lulus, mereka meluapkan amarahnya dengan merusak fasilitas sekolah. Maklum, mereka adalah siswa amoral yang hanya memuja hedonisme. 

Bagaimana pula dengan pesta demokrasi bagi para politisi busuk. Politisi busuk adalah mereka yang hobbinya korupsi uang rakyat dan meraih kekuasaan dengan berbagai kecurangan, dari money politik hingga mendatangi dukun. Biasanya politisi busuk akan menghadirkan biduan seronok untuk menghadirkan masyarakat saat kampanye. 

Saat kemenangan diraih dengan kecurangan, mereka akan merayakan kecurangannya dengan pesta pora miras, musik dan seks. Orang jahat tidak mengenal rasa syukur kepada Allah, sebab selama ini mereka memuja nafsu setan dalam menjalani hidupnya. Maka cara merayakannya juga mengikuti ajaran setan yakni mengumbar nafsu. 

Bagaimana jika dinyatakan kalah. Para politisi busuk akan berbuat anarki dan meluapkan kemarahan, merusak berbagai fasilitas umum dan membuat keonaran. Bahkan diantara para politisi busuk yang mengalami gangguan jiwa alias gila saat dirinya tidak terpilih sebagai penguasa. Begitulah watak manusia pemuja demokrasi, sebab demokrasi juga adalah sistem ideologi busuk dan gila. 

Para politisi busuk akan segera mengumbar syahwat politik dengan berebut jatah kursi kekuasaan. Mereka tak peduli dengan ratusan rakyat jelata yang tewas menjadi tumbal pemilu demokrasi. Mereka rela berjingkrak mabok kekuasaan diatas genangan amis darah rakyat jelata yang dijadikan tumbalnya. 

Apa sih enaknya berebut kursi reot yang berdiri rapuh di atas tumpukan mayat rakyat jelata tumbal pemilu ?. Masihkah bangsa ini memiliki hati nurani ?. 

Setelah berkuasa, maka mereka hanya akan mengangkangi rakyatnya, membesarkan perut buncitnya dan berlagak sok kuasa. Mereka lupa bahwa dirinya adalah pelayan rakyat yang memilihnya, mereka lupa. Mereka justru berlagak seperti bos, sementara rakyat yang memilihnya dizolimi dan ditipu setiap harinya. 

Bagi sokrates, demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang anarkis, memberikan kesetaraan yang sembrono kepada siapapun, baik setara maupun tidak setara. Demokrasi memberikan ruang kebebasan tanpa batas. Anarkisme demokrasi  akan berujung kepada kekuasaan tirani. 

Berbeda dengan tradisi orang beriman. Mereka akan senantiasa bersyukur kepada Allah saat mendapatkan nikmat dariNya dan bersabar saat mendapatkan ujian dari Allah. Orang beriman senantiasa berbaik sangka kepada Allah, menerima qodho dengan penuh kerelaan hati. 

Orang beriman percaya akan firman Allah, “ Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS Ibrahim : 7). 

Allah sendiri sesungguhnya tidak memerlukan kesyukuran dari manusia, sebab kebaikan manusia akan kembali kepada dirinya. “Dan Musa berkata: "Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah) Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (QS Ibrahim : 7). 

Padahal tanpa mereka sadari, para politisi busuk yang mengkorup uang rakyat, berbuat zolim kepada rakyat, menipu manusia, hidup berfoya-foya dengan kemewahan, bergelimang dosa dan kemaksiatan justru akan mengantarkan suatu negara kepada kehancurannya. Ciri khas mereka adalah tidak mau mendengarkan nasehat kebaikan. 

Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya Berlaku terhadapnya Perkataan (ketentuan kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. (QS Al Isra’ : 16).
Menurut Sosiolog muslim, Ibnu Khaldun, suatu peradaban akan runtuh disebabkan oleh lima hal. Pertama, ketidakadilan, yang menyebabkan jarak antara orang kaya dan miskin begitu lebar. Kedua, merajalelanya penindasan, yang kuat menindas yang lemah. Ketiga, runtuhnya adab atau moralitas para pemimpin negara. Keempat, pemimpin yang tertutup, tidak bisa dinasehati, meski berbuat salah. Kelima, bencana alam besar-besaran.  Ironisnya, kelima indikator ini ada di negeri ini. 

Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar".  Mereka menjawab: "Adalah sama saja bagi Kami, Apakah kamu memberi nasehat atau tidak memberi nasehat, (agama Kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu. dan Kami sekali-kali tidak akan di "azab".  Maka mereka mendustakan Hud, lalu Kami binasakan mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. dan Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (QS As Syu’ara : 135-140).

Maka orang mukmin tidak boleh membiarkan manusia-manusia jahat dan zolim untuk tinggal di bumi, sebab mereka akan mendatangnya malapetaka bagi manusia dan kehidupan. Perilaku mereka hanya akan menyesatkan manusia yang lain dan menjerumuskan rakyat ke jurang kehinaan.  

Dan sesudahnya mereka menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan. Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, Maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah.  Nuh berkata: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat ma'siat lagi sangat kafir. (QS Nuh : 24-27)

[AhmadSastra,KotaBogor,26/06/19 : 17.45 WIB]